India Mengalami Krisis Multidimensi

Megawati Institute kembali mengadakan diskusi publik yang fokus membahas buku-buku mutakhir maupun lawas yang relevan untuk dikaji via Zoom. Diskusi tersebut bertema “Krisis Multidimensi, Apakah India Akan Hancur?” yang membedah buku India Is Broken: A People Betrayed, Independence to Today (2023) dari Ashoka Mody pada Senin, 31 Juli 2023.

India bisa hancur dalam arti bahwa ratusan juta orangnya berada dalam situasi di mana pekerjaan sulit didapat, pendidikan serta perawatan kesehatan begitu buruk dan sistem peradilan bersifat koersif nan brutal. Sementara, kualitas udara masih sangat buruk, sungai-sungai di sana sedang sekarat dan tidak jelas apakah semuanya akan menjadi lebih baik atau sebaliknya. Itulah yang disoroti Mody dalam bukunya.

Diskusi yang dipimpin Reno Koconegoro, Peneliti Megawati Institute, menghadirkan Gusti Raganata, MPP, Peneliti Sigmaphi dan Alumnus University of Tokyo, bersama Abdul Qadir Jaelani, M.Sc, Peneliti Paramadina Public Policy Institute dan Alumnus International Institute of Information Technology, Bangalore.

Ashoka Mody adalah penulis berkebangsaan India yang kini menjadi warga Amerika Serikat (AS). Ia juga seorang ahli dalam bidang pembangunan dan ekonomi yang berkarier selama 40 tahun di bank dunia dan International Monetary Fund (IMF). Bukunya, menurut Gusti, merupakan sebuah sejarah ekonomi politik India yang mungkin bisa disamakan dengan buku Indonesia: The Rise of Capital (1986) dari Richard Robison.

“Secara garis besar, Mody memberikan alasan-alasan kegagalan India mencapai potensinya meski selalu digadang-gadang sebagai negara economic powerhouse di masa depan sejak 1960-an,” katanya.

Gusti juga berbicara tentang sejarah kemerdekaan India dari Inggris dalam rangka menjelaskan lanskap pertumbuhan ekonomi India sejak kemerdekaannya sampai saat ini. Mulai dari pergolakan politik awal India dan yang disebut Mody sebagai sosialisme palsu (fake socialism), Gusti melihat bahwa India memang mengalami krisis multidimensi sebagaimana yang dipaparkan dalam bukunya.

Di sisi lain, Abdul menambahkan penjelasan Gusti tentang buku tersebut dengan menyampaikan perkembangan ekonomi India dan membandingkannya dengan Indonesia. Sebagai orang yang pernah tinggal dan menempuh studi di sana, Abdul banyak memaparkan pengalamannya untuk menguatkan tesis-tesis pokok Mody yang menunjukkan bahwa India sedang berada di persimpangan isu demokrasi, ekonomi, dan Hindutva. Meski begitu, Abdul mengkritik pandangan Mody yang bias Barat.

“Kita bisa menyimpulkan dari riwayat pekerjaannya di Word Bank dan juga IMF bahwa Ashoka Mody ini sebenarnya punya pandangan atau point of view-nya itu dari jendela Barat. Kita bisa menyimpulkan demikian sehingga mungkin tulisan-tulisannya lebih membuat kita sedikit provokatif,” tegasnya.