Filsafat Hatta

Pada Rabu, 04 Oktober 2023, Diskusi Serial Alumni Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa (SPPB), Angkatan X, Megawati Institute kembali hadir dengan tema “Politik Identitas dalam Alam Pikiran Bung Hatta” bersama Wadyo Pasaribu, Alumnus SPPB, Angkatan X, sebagai narasumber ditemani Dida Darul Ulum, Peneliti Megawati Institute. Diskusi ini fokus membahas alam pikiran Bung Hatta tentang filsafat.

Bung Hatta adalah salah satu pendiri bangsa yang paling produktif. Pada 1941, ia pertama kali menerbitkan buku filsafat berjudul Alam Pikiran Yunani yang dimulai penulisannya pada masa pembuangannya di Boven Digul pada 1935. Tampaknya, filsafat memang tidak bisa dilepaskan dari alam pikiran Hatta sendiri dan karenanya kita perlu mengambil inspirasi dan membacanya dari sudut pandang filsafat manusia, terutama dalam soal politik identitas. 

Wadyo melihat hal ini sebagai titik keberangkatan dalam membahas tema ini. Ia membuka wacana ini dengan mengutip beberapa ungkapan dari filsuf dan seorang fisikawan, yaitu Sokrates dan Erwin Schrödinger (1887-1961), tentang keingintahuan sebagai permulaan dari filsafat. Sokrates, misalnya, pernah berkata, “Bagiku, satu hal yang kutahu adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa.”

Wadyo juga mengutip ungkapan Bung Hatta tentang filsafat bahwa filsafat meluaskan pandangan serta mempertajam pikiran. Keduanya (pandangan yang luas & pikiran yang tajam) berguna sebagai perkakas untuk menukik lebih dalam ke dalam batang ilmu ekonomi … melepaskan kita dari berpendapat sebagai katak di bawah tempurung. Pendirian picik berbahaya benar bagi kemajuan paham tentang ilmu, pengetahuan dan agama.

Tentang politik identitas, Wadyo berbicara filsafat manusia dengan mengutip Francesco Petrarch dalam On His Own Ignorance and That of Many Others (1367): “Untuk apa—saya tanya kepada Anda—kita mengetahui hakikat hewan berkaki empat, burung, ikan, dan ular,  tetapi tidak tahu mengenai atau bahkan mengabaikan kodrat manusia, yang merupakan tujuan kita dilahirkan dan arah perjalanan hidup kita?”

Wadyo menegaskan bagaimana mempelajari manusia secara filosofis dan bagaimana manusia seharusnya mengembangkan apa yang kita sebut sebagai nalar publik sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa, khususnya Bung Hatta.