Gerakan Perempuan di Indonesia

Pada Selasa, 30 November 2021, kelas kedelapan Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa (SPPB) kembali hadir via Zoom bersama Ruth Indiah Rahayu mendiskusikan gerakan perempuan di Indonesia. Ruth memulai penjelasannya dari apa yang disebut sebagai gerakan perempuan yang sebenarnya tidak pernah berdiri sendiri dan bagaimana Kartini, Maria Ulfah, dan SK Trimurti berperan di dalamnya.

Ia menyatakan bahwa sebenarnya tokoh-tokoh perempuan di Indonesia banyak sekali untuk dibahas. Tapi, ketiga tokoh tersebut menjadi fokus bahasan lantaran gagasan-gagasan mereka bisa dianggap mewakili beragam gagasan yang disampaikan tokoh-tokoh perempuan Indonesia. Kartini, misalnya, telah berkenalan dengan gagasan emansipasi yang tercermin dalam surat-suratnya.

Dalam suratnya pada 6 November 1899 kepada Estella Zeehandelar, Kartini membahas novel berjudul Hilda van Suylenburg, karya C. Goekoop, novelis emansipasi perempuan dari Belanda. Kartini memimpikan dirinya seperti Hilda yang pada akhirnya bisa sekolah hukum untuk menjadi pengacara pembela hak perempuan.

Kartini juga dalam suratnya pada November 1899 kepada Nyonya Marie Ovink-Soer, sebagaimana yang di Ruth, memiliki ide berontak atas tradisi pingitan bagi perempuan. Kartini membaca majalah De Gids terbitan 1899 yang memuat iklan penerbitan novel Hilda van Suylenburg. Gagasan-gagasan Kartini ini menjadi inspirasi bagi gerakan perempuan selanjutnya, terutama bagi Maria Ulfah dan SK Trimurti.

Menurut Ruth, salah satu faktor Maria Ulfah mengambil sekolah hukum adalah keprihatinannya melihat kaum perempuan begitu mudah dicerai atau dimadu tanpa alasan. Kaum perempuan pun tidak punya suara untuk berkeberatan dan bahkan mereka hanya bisa pasrah.

“Jadi, pandangan empiris atau pengamatan empiris Maria Ulfah di lingkungan keluarganya yang bangsawan di mana perempuan itu dalam perkawinan pada posisi yang tidak berdaya. Dikawin tanpa dia hadir maupun tanpa keinginannya kemudian dicerai juga di luar keinginannya. Ini merisaukan Maria Ulfah dan karena itu, membulatkan tekadnya untuk menjadi sarjana hukum,” kata Ruth.

Peran lain yang penting disinggung juga adalah SK Trimurti. Tokoh ini sangat penting dalam sejarah pergerakan perempuan Indonesia, antara lain, karena isu-isu yang terkait dengan isu perempuan dan buruh.

Dida Darul Ulum – MI