Pesantren Ekologi Ath-Thaariq yang didirikan Nissa merupakan pesantren yang fokus mengedukasi santri-santrinya untuk memelihara alam dengan cara berkebun dan memetik hasilnya demi kehidupan. Di tengah perkembangan zaman, pesantren ini memang tergolong unik mengingat dunia pendidikan Islam, khususnya pesantren, memiliki beragam varian. Ada pesantren yang fokus pada budaya, ada juga yang fokus pada agroekologi seperti ini.
“Selama ini, pertanian berbasis revolusi hijau yang identik dengan merusak dan identik dengan banyaknya kegagalan. Kemudian, saya membangun sebuah sistem namanya agroekologi, antitesis dari revolusi hijau. Sedangkan, sejahtera bagi saya sangat sederhana. Di dalam perspektif agroekologi, sejahtera adalah kebahagiaan tanpa konsumerisme yang sangat tinggi,” katanya.
Gagasan tentang agroekologi Nissa implementasikan melalui sebuah pesantren yang terletak di Garut, Jawa Barat. Menurutnya, jalan ini merupakan jalan ideal yang merealisasikan idenya dengan cara terus menanam, terus memulihkan ekologi. Sedangkan, agroekologi sendiri harus mampu memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, dan lingkungan sekitar. Bahkan, kebutuhan makhluk hidup lain yang ada di alam ini.
“Karena di dunia ini, bukan hanya manusia yang hidup tetapi semua makhluk itu diciptakan oleh Tuhan dan kita tidak mempunyai hak untuk membunuh, justru memberikan rumah kepada mereka,” lanjutnya.
Pesantren Ekologi Ath-Thaariq membatasi jumlah santrinya pada angka tiga puluh karena keterbatasan lahan. Namun, santri-santrinya terdiri dari siswa, mahasiswa, dan juga masyarakat umum. Hal ini sejalan dengan visi pesantren yang diambil dari ajaran Islam tentang konsep rahmat semesta alam.
Nissa menekankan pesantren ini terbuka untuk siapa pun yang ingin belajar dan berkontribusi. Bahkan, orang-orang yang ingin bergabung tidak perlu membawa bekal karena pesantren sendiri yang menyediakan bekal.
“Untuk para santri, memang ada batasan usia. Setiap santri yang sudah menyelesaikan kuliahnya, harus pulang ke kampungnya dengan harapan ia bisa mengembangkan agroekologi di daerahnya,” kata Nissa.
Dida Darul Ulum – MI