Para Pendiri Bangsa Memandang Kesejahteraan

Pertemuan ketiga Kelas Kader Bangsa: Pancasilanomics Academy Batch II telah berlangsung via Zoom pada 11 November 2021. Hadir sebagai narasumber, Yudi Latif, Ph.D, penulis buku Negara Paripurna, yang berbicara tentang pemikiran pendiri bangsa tentang kesejahteraan.

Menurut Yudi, menempatkan isu kesejahteraan sesuatu yang sangat mendasar, cara pandang kita dalam rangka memenuhi kebahagiaan. Jadi sebenarnya kenapa kita membentuk negara sama dengan kenapa kita berkeluarga, beragama, bekerja? Mimpi kita berkeluarga adalah mengejar kebahagiaan.

“Dalam mengejar kebahagiaan itu, kesejahteraan menjadi elemen yang sangat penting dan tentu saja kesejahteraan dimensinya, baik kesejahteraan yang sifatnya material maupun kesejahteraan yang sifatnya spiritual. Nah, kalau kita berbicara kesejahteraan dalam konteks Pancasila maka kita harus memahami dulu pandangan dunia Pancasila,” jelasnya.

Pandangan dunia pancasila sebenarnya menggambarkan tertib sosial. Pandangan Pancasila adalah pandangan dunia yang membayangkan tertib sosial diraih dalam satu keseimbangan kodrat kemanusiaan. Jadi, pandangan dunia Pancasila adalah pandangan dunia di mana hidup membawa kita kepada kebahagiaan, hidup berkeseimbangan, dengan memenuhi kodrat-kodrat kemanusiaan.

“Jadi, sebenarnya untuk itu kita harus memahami hakikat/esensi pokok dari kemanusiaan,” lanjut Yudi. “Jadi di balik segala keragaman etnis, agama, kelas sosial, warna kulit dan lain lain. Tugas kita adalah harus menemukan basis simplisitas dari kompleksitas hidup, hal itulah dasar keseimbangannya.”

Selain menjelas pandangan hidup Pancasila sebagai pengantar diskusi, Yudi juga menekankan konsep manusia yang sifatnya universal sekaligus partikular. Unsur universal mengandung makna bahwa manusia itu apapun rasnya maupun agamanya, terdapat tautan-tautan persamaan secara universal. Misalnya warna tulang dan darah. Karena itu, kita harus mengarah pada persaudaraan dunia, persaudaraan kemanusiaan.

“Tetapi manusia terikat ruang dan waktu. Manusia hidup di ruang, lingkungan yang berbeda-beda. Karena lingkungannya berbeda dan manusia harus merespons tantangan yang berbeda, lahirlah partikularitas-partikularitas kultural termasuk partikularitas di dalam perekonomian. Dari hal tersebutlah akan terlahir potensi-potensi lokal. Karena itu setiap negara harus menemukan keunikan negaranya sendiri,” tegasnya.

Setelah menjelaskan konsep manusia, Yudi menjelaskan bagaimana Pancasila memandangnya dan sejauh apa ekonomi Pancasila berperan dalam pemenuhan kesejahteraan dengan mengutip pemikiran-pemikiran pendiri bangsa serta relevansi gagasan tentang demokrasi politik dan demokrasi ekonomi.

Dida Darul Ulum – MI