Yudi Latif adalah seorang aktivis dan cendekiawan muda. Pemikirannya dalam bidang keagamaan dan kenegaraan tersebar di berbagai media dan salah satunya dituangkan dalam buku Negara Paripurna: Historitas, Rasionalitas, Aktualitas Pancasila. Ia adalah Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan-Indonesia (PSIK-Indonesia) dan Direktur Eksekutif, Reform, dan aktif sebagai dosen tamu di sejumlah Pendidikan Tinggi.
Pada Selasa, 31 Januari 2023, Yudi menyampaikan Kuliah Umum Pancasila sebagai kelas penutup pada Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa (SPPB), Angkatan X di Megawati Institute. Dasar ontologis Pancasila, menurut Yudi, adalah kehendak mencari titik temu (persetujuan) dalam menghadirkan kemaslahatan-kebahagiaan bersama (al-maslahatul al-ammah, bonnum comune) dalam suatu masyarakat bangsa yang majemuk.
Bentangan laut yang dibubuhi puluhan ribu pulau di Indonesia, dengan suku, budaya, ras, agama, etnik, bahasa yang sangat beragam, memungkinkan besarnya perpecahan dengan ragam dinamika yang begitu kompleks. Pancasila hadir sebagai titik temu, titik pemersatu keragaman tersebut yang dulu dipikirkan matang-matang oleh para pendiri bangsa kita sebagai warisan pada anak-cucu bangsa untuk seribu, sepuluh ribu tahun bahkan selama bumi dan laut Indonesia ini masih ada.
Yudi menambahkan, dalam modal sosial (social capital), jaringan-jaringan dan inklusivitas sosial adalah jalan yang mampu menyatukan keragaman kepingan-kepingan kepentingan pribadi, kelompok ke dalam suatu komunitas persaudaraan bersama, yang menjadi tumpuan rasa saling percaya (mutual trust). Terakhir, untuk menjadi kekuatan kolektif yang kohesif, konektivitas dan inklusivitas harus diikat oleh kesamaan basis moral (shared values).