Pertemuan keempat Kelas Kader Bangsa: Pancasilanomic Academy Batch II telah berlangsung via Zoom pada Kamis, 18 November 2021, bersama Airlangga Pribadi. Kelas tersebut fokus pada oligarki dan munculnya populisme kanan di Indonesia. Tema ini merupakan evaluasi atas demokrasi dan ekonomi pasar Indonesia dalam perspektif kritis Pancasila 1 Juni 1945.
Bagaimana oligarki berhubungan dengan persoalan lain seperti tampilnya populisme kanan di Indonesia? Hal tersebut menjadi relevan ketika kita memberikan penilaian berdasarkan pada perspektif Pancasila. Ada beberapa catatan dari Airlangga terkait hal tersebut, antara lain, alasan historis kronologis dan konsep sosiodemokrasi yang disampaikan Sukarno sendiri dalam pidatonya.
“Secara historis,” kata Airlangga, “perlu diakui bahwa pandangan Bung Karno terutama dalam pidato lahirnya Pancasila menjadi fondasi dan sumber pemikiran yang utama landasan bernegara Indonesia.”
Pancasila 1 Juni 1945 dan pidato Sukarno muncul di tengah pertarungan narasi dan negara. Ia juga merupakan penggali Pancasila (critical thinking, kondensasi, atas riwayat dekolonialisasi). Selain itu, pidato lahirnya Pancasila bisa disebut sebagai narasi pencerahan ala Indonesia, yang bercorak kosmopolitanisme, ide-ide kemajuan, dan demokrasi berbasis sosialisme.
Tentang sosiodemokrasi dalam pidato Pancasila 1 Juni 1945, menurut Airlangga, kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan demokrasi Barat tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politik-ekonomi-demokrasi yang mampu mendatangkan kesejahteraan rakyat.
“Dalam demokrasi parlementer, yang dinamakan demokrasi adalah dalam ranah politik saja. Dalam demokrasi parlementer tiap-tiap orang boleh masuk dalam parlemen, tetapi adakah kenyataan kesejahteraan rakyat di sana? Dalam demokrasi parlemen, wakil-wakil buruh bisa bersuara dan menjatuhkan minister, tapi dalam dia punya tempat kerja esok hari dia akan dilempar keluar ke jalan raya,” jelasnya.
Prinsip demokrasi tersebut bukan persamaan dalam politik saja melainkan juga persamaan dalam lapangan ekonomi dan penciptaan kesejahteraan rakyat sebaik-baiknya. Selain itu, Airlangga menyinggung tesis dari analisis kritis sebagai turunan dari Pancasila 1 Juni 1945, masalah oligarki dan neoliberalisme, dan kondisi ketimpangan ekonomi sekarang.
Dida Darul Ulum – MI