Memahami Visi Pancasila Soekarno

Megawati Institute kembali mengadakan diskusi publik via Zoom bertajuk “Pancasila dan Sosialisme Soekarno Saat Ini”. Diskusi tersebut merupakan lanjutan dari diskusi pekan sebelumnya dengan menghadirkan Airlangga Pribadi Kusman, dosen ilmu politik Unair, dan Syaiful Arif, direktur Pusat Studi Pemikiran Pancasila, pada Kamis, 24 September 2020.

Sebagai pembuka diskusi, Syaiful menjelaskan pentingnya memahami sosiosentrisme Pancasila Soekarno. Penekanan tentang hal tersebut muncul dalam rangka menanggapi tulisan Ariel Heryanto yang telah dimuat salah satu media nasional pada bulan lalu.

Menurut Syaiful, ada semacam informasi sejarah yang reduktif. Sehingga, pemahaman masyarakat secara umum tidak utuh. Di samping itu, Syaiful tidak menafikan adanya peran Orde Baru di dalamnya. Ia juga menyinggung dinamika sejarah yang terjadi dalam merumuskan falsafah dasar negara kita dengan memaparkan fakta pidato Muhammad Yamin yang digunakan untuk melakukan desoekarnoisasi.

“Pemerintah Orde Baru lalu menyatakan bahwa Pak Yamin-lah penggali, pengusul Pancasila sebelum Soekarno. Dan posisi Soekarno sebatas pengusul nama Pancasila,” tegasnya.

Syaiful menyinggung tentang Pancasila 1 Juni 1945 yang memiliki pokok-pokok pikiran tentang kebangsaan, internasionalisme, demokrasi, kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan yang Maha Esa. Kelima hal tersebut disarikan ke dalam sosionasionalisme, sosiodemokrasi, dan sosioreligius atau Ketuhanan yang Berkebudayaan. Semuanya ada dalam semangat gotong royong.

Sementara itu, AIrlangga lebih menyoroti Soekarno sebagai tokoh yang mampu melakukan semacam pribumisasi berbagai ideologi dunia yang berkembang pada masanya. Pada 1926, misalnya, ia mampu meramu tiga ideologi besar, yakni nasionalisme, Marxisme, dan Islamisme dalam satu tarikan napas.

“Saya mungkin akan mulai bicara dari perspektif tentang apa tesis Bung Karno ketika dia bilang bahwa saya [Soekarno] adalah penggali Pancasila. Kalau kajian ilmu sosial modern, penggalian itu upaya yang pertama-pertama membongkar dan memahami apa yang menjadi persoalan konkret yang pada waktu itu membuat rakyat mengalami proses imperialisme dan kolonialisme yang berada dalam tatanan ekonomi kapitalisme,” katanya.

Airlangga menekankan bahwa ide-ide Soekarno sebenarnya sangat relevan pada masa kini. Ia sempat menyinggung apa yang terjadi di Eropa dan membandingkannya dengan apa yang terjadi dengan kita sekarang, terutama dalam soal kebangsaan.

Dida Darul Ulum – MI