Berbicara tentang pendidikan di Indonesia tidak bisa lepas dari sosok pendiri bangsa Ki Hajar Dewantara. Ia lahir pada 02 Mei 1889 dan tanggal kelahirannya dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagi Ki Hajar, proses pendidikan adalah proses terus menerus dan intinya adalah kemerdekaan.
Pada Selasa, 16 November 2021, kelas keenam Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa (SPPB) angkatan IX membahas filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara via Zoom dan menghadirkan pakar pendidikan Doni Koesoema.
Menurut Doni, sebelum masuk ke filsafat pendidikannya, kita perlu paham tentang latar belakang atau riwayat hidup Ki Hajar meski hal ini bisa dibaca di banyak buku. Dengan begitu, kita bisa memahami konteks sejarah maupun alam pikiran Ki Hajar secara utuh. Doni membagi pembahasannya ke dalam empat hal: konteks sejarah, filsafat manusia Ki Hajar, pedagogi pendidikan, dan metode pembelajaran. Empat hal ini berurutan pengaruhnya.
Mengutip Ki Hajar, Doni menyatakan bahwa manusia sebagai titah Tuhan, adalah terdiri dari badan wadag dan badan halus, badan jasmani dari rohani. Tentang kebutuhannya pun menjadi bermacam dua juga. Ada yang perlu bagi wadagnya dan ada pula yang perlu bagi rohnya. Karena itu, pendidikan tidak hanya bersifat jasmani tapi juga ruhani (batin). Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.
“Kita lihat, di beberapa tulisannya, Ki Hajar mengatakan bahwa tujuan pendidikan itu untuk tiga hal: membuat anak itu cerdas, berarti itu daya ciptanya tinggi, menjadi berbudi istilahnya berkarakter menjadi manusia yang baik. Lalu, yang ketiga sehat,” kata Doni.
Selanjutnya, Doni berbicara tentang pedagogi pendidikan dalam pandangan Ki Hajar. Menurutnya, pedagogi adalah proses pembimbingan orang dewasa pada anak-anak agar tercapai tujuan tertentu. Pedagogi membantu manusia mengatasi kondisi manusia yang sangat tergantung dari kodrat-alam-nya.
Pedagogi pendidikan Ki Hajar terdiri dari kodrat dan alam. Kodrat berarti dasar sedangkan alam berarti ajar. Kedua hal ini pada akhirnya membentuk proses pendidikan. Terkait kodrat-alam dalam pendidikan ini, Ki Hajar mendasarkan pedagoginya pada dimensi dasar dan ajar manusia.
Banyak hal yang disinggung Doni dalam menjelaskan filsafat pendidikan Ki hajar, antara lain, kesalahan banyak orang yang menyandingkannya dengan Paulo Freire. Padahal, Ki Hajar jelas dan jauh lebih dulu.
Dida Darul Ulum – MI