Indonesia dalam Dekade 1960-an

Megawati Institute kembali mengadakan diskusi serial bertema “Geopolitik Indonesia dalam Dekade 1960-an” yang diisi oleh alumni Sekolah Pemikiran Pendiri (SPPB), angkatan X. Diskusi tersebut dilaksanakan pada Rabu, 01 November2023 via Zoom dengan menghadirkan Bonatua Silalahi sebagai narasumber dan Dida Darul Ulum sebagai moderator.

Dekade 60-an merupakan masa-masa penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Ada dinamika perselisihan politik di sana yang mengakibatkan ketidakstabilan negara. Namun, ada yang luput dari perhatian kita, yakni bagaimana pandangan geopolitik Bung Karno ketika itu? Lalu, apa relevansinya bagi kita kini?

Beberapa pertanyaan tadi menjadi titik berangkat Bona dalam membuka apa yang akan ia sampaikan. Juga, ia merujuk tulisan berjudul “International Dimensions of the 1965–68 Violence in Indonesia” dari Bradley Simpson yang dimuat di sebuah jurnal internasional. Bradley Simpson adalah seorang dosen dan pakar sejarah dari Princeton University, Amerika Serikat.

“Istilah geopolitik,” kata Bona mengutip para pakar, “digunakan dalam berbagai perspektif dari makna geografi ke makna politik hingga konstruksi geostrategis negara-negara. Menurut Hasto (2023), teori geopolitik tidak bersifat homogen meski dalam berbagai diskusi, geopolitik, identitas, proses, dan identitas suatu negara sangat dipengaruhi secara determinis oleh aspek geografis yang menjadi impulsnya.”

Bona menggambarkan melalui peta dunia bagaimana geopolitik Indonesia mencakup wilayah-wilayah seperti Filipina pada dekade tersebut. Ia juga mengatakan bahwa dinamika politik dunia pada masa itu sangat luar biasa karena ada pertarungan ideologi antara Blok Barat dan Blok Timur di mana mereka saling berebut pengaruh. Dari berbagai sumber, muncul kesimpulan bahwa apa yang terjadi di Indonesia dalam dekade 1960-an merupakan bagian dari hal tersebut.

Mengutip catatan Simpson, Bona mengatakan bahwa ada peran CIA (Central Intelligence Agency) dalam pergolakan politik di Indonesia, terutama tragedi 1965. Ia bahkan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang mungkin saja tidak terbayang sebelumnya oleh CIA sendiri mengingat peristiwa tersebut merupakan tragedi kemanusiaan. Juga, ada kudeta terhadap Bung Karno ketika itu.