Hal ini yang menjadi pertimbangan Megawati Institute untuk mengadakan sesi ketiga bertajuk “Politik dan Demokrasi Ekonomi Bung Hatta” dari diskusi serial pemikiran pendiri bangsa bersama Mi’raj Dodi Kurniawan pada Kamis, 30 April 2020.
Mi’raj menekankan bahwa dalam semesta pemikiran Hatta, kedaulatan rakyat merupakan kata kunci yang sering diulangnya. Dalam Demokrasi Kita, misalnya, Hatta sering mengulang kata tersebut. Sebab, bagi Hatta, kedaulatan ada di tangan rakyat. Segala hukum haruslah bersandar pada perasaan, keadilan, dan kebenaran yang hidup dalam hati rakyat yang banyak. Dan, aturan kehidupan haruslah sempurna dan berbahagia.
Mengutip Hatta, Mi’raj mengatakan: “Asas kedaulatan rakyat inilah yang menjadi sendi pengakuan oleh segala jenis manusia yang beradab bahwa tiap-tiap bangsa berhak menentukan nasib sendiri.”
Menurut Mi’raj, dalam asas pergerakan Hatta, paling tidak ada dua unsur penting yang harus diperhatikan. Pertama ada asa kebangsaan dan kedua asas kerakyatan. Asas kebangsaan menekankan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia hanya bisa dicapai melalui usaha rakyat Indonesia sendiri dengan tidak mengharap tunjangan dari luar. Sedangkan, asas kerakyatan menekankan posisi kedaulatan yang pada hakikatnya ada di tangan rakyat.
Selain itu, menurut Mi’raj, Hatta mengkritik perkembangan demokrasi di Eropa, terutama di Perancis yang terkenal dengan Revolusi Perancis yang hanya melahirkan demokrasi politik dengan semangat individualisme. Sehingga, yang lahir hanya kesetaraan hak dalam politik tetapi tidak dalam ekonomi.
“Dengan demikian, Bung Hatta menegaskan demokrasi politik saja tidak cukup untuk mencapai demokrasi yang sebenarnya atau kedaulatan rakyat, atau rakyat yang berdaulat. Selain demokrasi politik, harus ada pula demokrasi ekonomi yang memakai dasar bahwa segala penghasilan yang menguasai kependudukan orang banyak harus berlaku di bawah tanggungan orang banyak juga,” katanya.
Selain bicara tentang prinsip politik dan demokrasi ekonomi Hatta, Mi’raj juga berkomentar tentang isu-isu terkini semacam oligarki dengan menggunakan pembacaannya atas karya-karya Hatta.
Dida Darul Ulum – MI