Kelas kedua Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa (SPPB) angkatan IX bertema demokrasi Indonesia telah berlangsung via Zoom pada Selasa, 19 Oktober 2021. Andi Achdian, sejarawan yang bergiat di Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), menjadi narasumbernya.
Tema demokrasi merupakan tema yang selalu hangat untuk didiskusikan. Sebabnya adalah perkembangan zaman yang melihat demokrasi, dengan segala kekurangannya, sebagai sistem terbaik yang dipraktikkan negara-negara di dunia. Selain itu, persinggungan isu demokrasi selalu mengarah ke liberalisme yang kita kenal dengan demokrasi liberal.
Namun, apakah demokrasi selalu mengarah ke liberalisme dan apakah para pendiri bangsa kita sadar akan hal tersebut?
Andi menyatakan masuknya berbagai ideologi ke Indonesia dalam konteks demokrasi tidak mentah begitu saja. Para pendiri bangsa, khususnya Syahrir dan Hatta, melakukan racikan sedemikian rupa dengan melihat konteks masyarakat yang ada. Sehingga, ada penyesuaian dan yang paling penting, kata Andi, adalah wawasan tentang politik kewargaan yang mereka miliki pada masa perjuangan.
Ia berangkat dari konsep dasar, antara lain, natural right alias kedaulatan individual dengan hak-hak alamiah untuk hidup dan menikmati kebebasan; negara melayani kepentingan individu, bukan sebaliknya; dan praktik politik yakni demokrasi konstitusional, hukum, kebebasan politik dan intelektual, toleransi dalam agama, moral, dan gaya hidup. Semuanya menjadi basis politik liberal dan demokrasi dalam pemikiran Syahrir dan Hatta.
“Saya mendiskusikannya dalam satu prinsip perkembangan sejarah karena yang akan kita telaah adalah dua pemikir, Sutan Syahrir dan Mohammad Hatta. Jadi, bukan gagasan liberal dan demokrasi dalam arti filosofis tapi bagaimana ia bergulat atau bersinggungan dengan satu latar historis sehingga kita bisa menilainya sesuai dengan jalur perkembangan sejarah yang kita lalui sebagai satu komunitas politik bernama Indonesia,” kata Andi.
Ia menekankan latar sejarah dua tokoh tersebut sangat penting karena menjadi semacam horizon pemikiran yang bisa dipahami. Syahrir dan Hatta berasal dari Minangkabau yang memiliki tradisi demokrasinya sendiri tapi, di sisi lain, mereka dibesarkan dalam tradisi demokrasi Barat. Sehingga, ada semacam pertautan yang tidak bisa diabaikan.
Andi juga menyinggung karya-karya monumental dua tokoh tersebut, Perjuangan Kita dan Demokrasi Kita. Keduanya merupakan pengantar memahami demokrasi dalam alam pikiran para pendiri bangsa.
Dida Darul Ulum – MI