Pada Jumat, 29 April 2022, Megawati Institute kembali mengadakan diskusi publik “Jelang Satu Abad “ Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme”: Apa Artinya Bagi Kita Kini?”. Diskusi ini dihadiri Jerry Marmen, Ph.D (GRC Specialist/Dosen UPN Veteran), Marbawi A Katon, MA (Kepala Departemen Politik Megawati Institute) dan Reno Koconegoro (Peneliti Sigmaphi) selaku para narasumber yang dipandu Dida Darul Ulum (Peneliti Megawati Institute).
Sebagai pengantar, Dida menjelaskan mengenai sejarah pergerakan Indonesia yang mengambil rujukan dari Takashi Shiraishi tentang zaman bergerak dan ada tiga ideologi, yang ditulis Bung Karno, yang saling menutupi satu sama lain walaupun ada sinisme. Maksudnya, kalangan nasionalis sinis memandang Islam, kalangan Islam memandang sinis kaum Marxis dan juga kaum Marxis memandang sinis kaum Islam dan kalangan nasionalis.
Marbawi mengawali dengan menjelaskan bahwa tulisan “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme” yang terbit di tahun 1926 di umur yang ke-25 tahun Bung Karno. Di dalam autobiografi dikatakan bahwa ini sudah matang dan merupakan puncak pikiran dari setiap paham dan setiap golongan yang kemudian diambil inti sari dan sari patinya oleh Bung Karno, diperas dan difungsikan menjadi satu kekuatan untuk mencapai Indonesia merdeka.
“Hal ini terjadi karena saat itu terjadi lemahnya persatuan antargolongan seperti melemahnya partai nasionalis karena pengasingan tokoh-tokohnya, merosotnya pengaruh SI/PSII karena politik koperasi dengan Belanda, masih kecilnya pengaruh PKI karena berpisahnya SR dari SI, dan sebagainya. Maka setahun kemudian Bung Karno mendirikan Partai Nasionalis Indonesia sebagai pengejawantahan pikiran 1926 ini,” jelas Marbawi.
Di sisi lain, Reno menambahkan bahwa akan hasil atau tidaknya kita menjalankan kewajiban yang seberat dan semulia itu, bukanlah kita yang menentukan. Tapi, kita tidak boleh putus-putus berdaya upaya dengan mengutip ungkapan Bung Karno bahwa kita tidak boleh habis-habis berikhtiar menjalankan kewajiban ikut mempersatukan gelombang-gelombang tadi. Sebab, kita yakin bahwa persatuanlah yang kelak kemudian membawa kita ke arah terkabulnya impian kita: Indonesia merdeka!
Sementara itu, Jerry menjelaskan relevansi pemikiran Bung Karno tentang nasionalisme, Islamisme dan Marxisme dalam konteks kekinian atau understanding the context dari segi socioekonomi dan budaya yang meliputi kolonialisme, imperialisme, kapitalisme, the spirit of Asia, the spirit of Indonesian nationalism, dan the spirit of Islam and religiosity. Arif Agustin