Bincang Akhir Pekan Megawati Institute hadir kembali pada Minggu, 10 April 2022, dengan tema “Fajar Baru Sejarah Umat Manusia” dan fokus pada pembahasan tentang buku yang ditulis David Graeber dan David Wengrow, The Dawn Of Everything: A New History of Humanity (2021).
Dalam kesempatan tersebut, hadir sebagai pemantik Dr. Arif Budimanta (Direktur Eksekutif Megawati Institute), Bambang Rudito, Ph.D (Antropolog), Dimas Oky Nugroho, Ph.D (Pengamat Politik) dan Dida Darul Ulum, M.Ud (Peneliti Megawati Institute).
Mengawali diskusi, Dida menjelaskan bahwa buku ini menawarkan sudut pandang menarik dalam membaca sejarah perkembangan manusia. David Graeber dan David Wengrow menyajikan sejarah umat manusia dengan memosisikan mereka sebagai subjek, bukan objek. Karena itu, buku ini memang tentang kemanusiaan (humanity).
Istilah ketimpangan atau ketidaksetaraan adalah cara untuk membingkai masalah sosial yang sesuai dengan usia reformis teknokratik, yang menganggap bahwa tidak ada visi sosial yang nyata bahkan di atas meja.
“Pernyataan pamungkas dari sejarah manusia, seperti yang kita lihat, bukanlah akses kita yang setara ke sumber daya material (tanah, kalori, alat produksi) melainkan kapasitas kita yang sama untuk kontribusi pada keputusan tentang bagaimana hidup bersama. Tentu saja, untuk menggunakan kapasitas itu menyiratkan bahwa harus ada menjadi sesuatu yang berarti untuk diputuskan sejak awal,” jelas Dida.
Di sisi lain, Dimas dan Bambang menambahkan bahwa sebenarnya Graeber hendak menawarkan sesuatu yang lebih autentik dengan melihat bagaimana sejarah atau masa lalu dalam tradisi masyarakat tradisional mampu menyelesaikan persoalan-persoalan dalam kehidupan sosial. Bahwa kebebasan garis keturunan itu diberikan pada laki-laki.
Pemahaman baru yang dramatis tentang sejarah manusia dalam pembahasan ini, menantang asumsi paling mendasar kita tentang evolusi sosial dari perkembangan pertanian dan kota hingga asal-usul negara, demokrasi, dan ketidaksetaraan dengan mengungkapkan kemungkinan baru bagi emansipasi manusia.
Sementara itu, Arif menjelaskan bahwa buku ini memang bicara sejarah kemanusiaan dan perikemanusiaan. David justru mengatakan bahwa perjalanan kehidupan manusia tidak linier. Orang-orang yang hidup di zaman berburu-meramu itu sebenarnya hidup dalam kerangka berdemokrasi dan berpolitik dalam fenomena sosial hari ini.
-Arif Agustin-