Sejarah dan Wawasan Budaya Sumatera

Diskusi Serial Alumni SPPB (Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa), Megawati Institute, kembali hadir pada Rabu, 23 Juli 2025, bersama Bonatua Silalahi dan Faizal Maulana yang keduanya merupakan alumni SPPB. Diskusi tersebut berfokus pada buku sejarah berjudul John Anderson 1823: Misi ke Pantai Timur Sumatera (2025). John Anderson merupakan utusan Gubernur Inggris dari Penang. Ia ditugaskan untuk mengumpulkan intelijen dan mencatat kondisi sosial, politik, budaya, dan ekonomi di wilayah tersebut.

Faizal membuka forum dengan menjelaskan bahwa buku ini memberikan wawasan tentang budaya Batak dan perdagangan rempah-rempah sementara Bona menekankan pentingnya memahami nilai-nilai asli Indonesia di luar pengaruh kolonial. Misi tersebut yang menelan biaya dua miliar rupiah pada saat itu, menurutnya, melibatkan perjalanan dari Lampung ke Palembang dan Jambi yang mana Anderson mendokumentasikan kekayaan alam dan karakteristik masyarakat Sumatera.

Diskusi berfokus pada penelitian sejarah tentang perkembangan pemerintah daerah dan pengaruh budaya di Sumatera, khususnya penyebaran Islam dan dampaknya terhadap berbagai kelompok etnis termasuk Melayu, Batak, dan lain-lain. Percakapan tersebut merinci bagaimana rute perdagangan dan kegiatan ekonomi bergeser dari waktu ke waktu, dengan perubahan di lokasi pelabuhan dan pusat perdagangan, termasuk penurunan perdagangan pantai barat setelah pembukaan Selat Malaka. 

Bona menekankan bagaimana pengaruh dan perkembangan sejarah di Sumatera Timur, khususnya transisi budaya Batak dan peran Aceh dalam membentuk sejarah lokal. Percakapan tersebut menyoroti pentingnya data primer dalam memahami sejarah kota Medan dan perlunya mengintegrasikan narasi lokal ke dalam sejarah nasional dengan menekankan pentingnya Sumatera Timur sebagai wilayah penting dalam interaksi global.

Selain itu, interpretasi dan pengaruh catatan kolonial pada pemahaman sejarah Indonesia, khususnya mengenai orang Batak dan transformasi mereka dari negara ke identitas suku, perlu mendapatkan perhatina. Sejarawan kolonial seperti John Anderson mungkin memiliki mitologi campuran dengan sejarah faktual dan Bona menjelaskan bagaimana pengaruh Portugis di Danau Toba mendahului catatan kolonial Belanda. “Percakapan itu juga menyentuh motivasi ekonomi di balik pemetaan kolonial dan rekaman daerah sehingga catatan-catatan ini kadang-kadang bermotif politik daripada murni faktual,” katanya.

Banyak hal yang disinggung Bona mengenai sejarah Sumatera, antara lain, kanibalisme Batak dan sejarah pembajakan, hubungan perdagangan antara Batak dan Aceh dari masa kerajaan sampai interaksi kolonial.