Safari Sejarah ke Museum Multatuli

Pada Selasa, 10 September 2019, Megawati Institute mengadakan safari sejarah ke Museum Multatuli, Rangkasbitung. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian program Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa (SPPB), angkatan VIII. Para peserta terdiri dari berbagai latar belakang. Di antaranya, mahasiswa, aktivis, wartawan, dan profesional.

Indah Nataprawira selaku Direktur Program menyampaikan pentingnya safari sejarah ini mengingat situs-situs bisa membantu kita merefleksikan apa yang telah terjadi di masa lalu. “Karena itu, hal ini menjadi sebuah kebutuhan dalam rangka menjaga kesinambungan gagasan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan,” katanya.

Acara safari sejarah ini disambut dan dipandu oleh Bonnie Triyana, sejarawan sekaligus pemimpin redaksi majalah Historia. Bonnie menjelaskan latar belakang didirikannya Museum Multatuli dan apa peran Multatuli salam sejarah kolonialisme di Indonesia melalui novelnya, Max Havelaar, yang pertama kali ditulis dalam bahasa Belanda.

Multatuli sendiri adalah nama pena dari Eduard Douwes Dekker. Sedangkan, novelnya antara lain bercerita tentang kekejaman kolonial terhadap para petani kopi di Rangkasbitung. Karena itu, di ruang pertama museum ditampilkan biji-biji kopi dan alat penggilingnya demi menggambarkan latar belakang ketertarikan para kolonial terhadap kopi.

Safari sejarah ini berlangsung dari pagi sampai sore menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) dari Stasiun Tanahabang ke Stasiun Rangkasbitung. Selain menyelami sejarah Multatuli, para peserta juga diajak berkunjung ke rumah dinasnya sambil berbincang-bincang tentang sejarah Rangkasbitung secara umum.

Dida Darul Ulum – MI