Membincang Sejarah Batak

Diskusi Serial Alumni Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa (SPPB) kembali hadir membincang buku Kerajaan Batak Sejak 1511 dari Bonatua Silalahi pada Selasa, 30 September 2025. Pertemuan tersebut fokus pada diskusi rinci tentang sejarah Kerajaan Batak dan signifikansi geopolitiknya di Sumatera, termasuk interaksi dengan kerajaan tetangga dan dampak pasukan kolonial.

Bona mengajak para peserta menjelajahi peta sejarah, dokumen, dan bukti arkeologi untuk lebih memahami batas-batas kerajaan, praktik budaya, dan strategi militer selama abad ke-16 hingga ke-19. Percakapan diakhiri dengan diskusi tentang identitas orang Batak, pengaruh kolonial Belanda pada masyarakat Batak, dan representasi kelompok etnis Batak dalam konteks hukum.

Pertemuan ini juga membahas sejarah dan geopolitik Kerajaan Batak. Bona menjelaskan pentingnya mempelajari sejarah pendirian bangsa di luar Jawa. Ia memperkenalkan sebuah buku yang ia terbitkan, yang meliputi rekonstruksi peta kuno dan mengeksplorasi penyebaran budaya Batak di luar Sumatera Utara. Ia menyoroti perlunya menggali lebih dalam catatan sejarah, termasuk dokumen periode kolonial, untuk lebih memahami identitas orang Batak dan signifikansi geopolitik.

Bona juga menyorot peristiwa sejarah yang melibatkan kerajaan Batak dan Aceh di Sumatera, khususnya pada abad ke-16. Ia menyebutkan bahwa sebuah kapal yang membawa barang rampasan dari kerajaan Malaka hancur di lepas pantai kerajaan Batak, yang mengarah ke penjarahan kargonya oleh pasukan kerajaan Batak.

“Itu juga mencakup misi diplomatik dari kerajaan Batak ke Malaka, mencari bantuan melawan kerajaan Aceh, yang didukung oleh pasukan Turki. Kerajaan Batak, pada gilirannya, menerima bantuan dari pasukan Portugis, tetapi akhirnya jatuh ke kerajaan Aceh, yang kemudian memperluas kontrolnya atas Sumatera utara,” katanya.

Bona pun menekankan sejarah politik dan identitas masyarakat Batak, menyoroti penemuan kerajaan kerajaan yang terlupakan di Sumatera. Diskusi pada akhirnya membahas perlunya penelitian lebih lanjut, termasuk bukti arkeologi, untuk lebih memahami periode sejarah ini dan implikasinya untuk saat ini. Percakapan ini juga menyentuh pentingnya melestarikan dan mempelajari manuskrip dan artefak kuno untuk mendapatkan wawasan tentang masa lalu wilayah tersebut dan hubungannya dengan sejarah Indonesia yang lebih luas. Hal ini demi memperkaya khazanah pengetahuan dalam sejarah Indonesia