Megawati: Teori Beda dengan Kondisi Riil

Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri - MI/Adam Dwi

PRESIDEN kelima RI Megawati Soekarnoputri menilai sebuah teori kadang bertentangan dengan yang terjadi di lapangan. Karena itu, Megawati mengajak anak-anak generasi milenial sering turun ke lapangan untuk melihat kondisi riil rakyat kecil.

“Pengalaman saya, teori itu belum tentu sama dengan fragmentasi lapangan. Teori sangat menantang kalau untuk ke lapangan,” kata dia saat berbicara dengan sejumlah milenial dalam acara bertema Indonesia Muda Membaca Bung Karno yang diselenggarakan Megawati Institute secara daring, Rabu (30/6).

Dalam diskusi ini, hadir Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim, Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya, Staf Khusus Presiden Putri Tanjung, Founder & CEO Kitabisa.com M Alfatih Timur dan Komisaris BSI & Alumni SPBB Megawati Institute Arief Rosyid.

Ada juga Pemerhati Pendidikan dan Artis Cinta Laura, Aktor Bagus Ade, Co-Founder Du Anyam Hanna Keraf dan Seniman Mevlied Nahla, Sekjen Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP Sukur Nababan.

Megawati mencontohkan, saat dirinya memimpin PDI pada Orde Baru, partai politiknya pernah diserang oleh rezim. Padahal, partai politiknya sah.

Karena itu, dia mengharapkan anak muda tidak terkejut dengan perbedaan teori dengan praktik di lapangan.

“Pemerintah yang menyerang, saya bingung sendiri,” tambahnya.

Terlepas dari itu, Megawati juga mengajak para anak muda untuk membuat diskusi bernas untuk melihat tantangan bangsa Indonesia sekaligus mencarikan solusi bagi rakyat. Putri Bung Karno itu melihat banyak persoalan rakyat, seperti mengenai konektivitas, yang harus dicarikan solusi.

“Jadi tolong bantu saya untuk implementasinya di lapangan,” jelas Megawati.

Menurut dia, sebuah teori bisa saja sangat berbeda dengan implementasi di lapangan.

“Kebanyakan karena variabelnya di lapangan sangat menantang. Kalau kalian ini lihat ke bawah turun satu RT saja, belum tentu sama,” ucapnya.

Megawati dalam kesempatan itu memuji kiprah dan para milenial yang menjadi narasumber. Anak muda yang mengingat Soekarno sebagai Bapak Bangsa dan menjadikannya sebagai inspirasi.

Seperti Hanna Keraf, yang memilih membantu kaum perempuan di Nusa Tenggara Timur dengan organisasi Du Anyam. Megawati memuji pemikiran yang disampaikan Cinta Laura mengenai pentingnya menjaga kebhinekaan.

“Very intelligent dan yang disampaikannya benar,” tutupnya.(OL-5)

Sumber: mediaindonesia.com