Dalam diskusi tersebut, hadir Hasto Kristiyanto selaku Sekjen PDI Perjuangan menyampaikan pandangan-pandangannya terkait hubungan diplomatik Indonesia di dunia internasional. Menurut Hasto, sejak rancangan awal kemerdekaan Indonesia, geopolitik ini menjadi landasan kesadaran pendiri bangsa, khususnya Bung Karno.
Karena itu, setelah menyimak paparan dari Hasto, Rizal merasa tergelitik untuk membahas pentingnya politik luar negeri Indonesia pasca-ASEAN dengan menekankan tiga karakteristik global sekarang. Pertama, rivalitas antara Amerika Serikat dan Cina yang sudah menjadi realitas dunia. Kedua, rivalitas keduanya pada akhirnya telah melebarkan mandala persaingan yang tadinya lebih banyak di daratan telah masuk ke ranah maritim.
Ketiga, akibat perluasan dari mandala rivalitas tersebut telah membentuk unit geopolitik baru yaitu Indo-Pasifik yang sudah bisa dilihat sebagai satu kesatuan yang tidak bisa memisahkan antara Asia Timur dengan Asia Selatan.
Menurut Rizal, ketiga karakteristik ini memiliki implikasi bagi geopolitik Indonesia. Paling tidak, ada tiga tantangan. Pertama, bagaimana Indonesia tidak terseret ke rivalitas negara-negara besar tersebut, khususnya Cina dan Amerika Serikat.
Kedua, memastikan kawasan Asia Tenggara menjadi ajang perebutan pengaruh antara mereka. Dengan kata lain, memiliki otonomi strategis. Ketiga, sebagai negara kepulauan yang berada di antara Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia, kita perlu memastikan stabilitas di dua wilayah maritim ini.
Sementara itu, Sidharto menyampaikan perkembangan hubungan diplomasi Indonesia dengan negara-negara lain, khususnya India.