Dampak Kemenangan Trump

Pemilihan umum Amerika Serikat (AS) yang berlangsung beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa Donald Trump terpilih kembali sejak periode 2017-2021. Dengan segala kontroversinya, Trump merupakan mantan presiden pertama yang kembali berkuasa di Gedung Putih setelah Presiden Grover Cleveland pada pemilu tahun 1892. Lantas, apa dampaknya bagi politik-ekonomi global, regional, maupun nasional?

Demi menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi Megawati Institute mengadakan diskusi bertajuk “Pemilu AS dalam Perspektif Global, Regional, dan Nasional” bersama Hendrawan Supratikno, Anggota DPR RI (2009-2024), Helmy Fauzi, Duta Besar Indonesia untuk Mesir (2016-2020), dan Gusti Raganata, Alumnus University of Tokyo, yang didampingi Dida Darul Ulum pada Kamis, 07 November 2024.

Diskusi tersebut membahas implikasi potensial dari pemilihan presiden AS pada politik Amerika, Timur Tengah, dan Asia Timur, dengan fokus pada kebijakan ekonomi dan imigrasi Trump. Tim juga mengeksplorasi potensi dampak kepresidenan Trump terhadap ekonomi AS dan dampaknya terhadap Indonesia, termasuk potensi kenaikan suku bunga, dolar yang lebih kuat, dan ketegangan geopolitik.

Gusti berbagi perspektifnya dengan membahas dampak kebijakan Trump terhadap Asia Timur, termasuk penarikan diri dari TPP, perang dagang dengan Tiongkok, dan pendekatan militer terhadap Korea Utara. Dia juga membandingkan kebijakan Trump dengan kebijakan Biden, menyoroti perbedaan dalam pendekatan mereka terhadap demokrasi, multilateralisme, dan perubahan iklim. Gusti menyimpulkan dengan membahas implikasi potensial dari pemilihan AS di Indonesia, termasuk kemungkinan peningkatan pengaruh Cina dan kebutuhan Indonesia untuk memperkuat ekonominya untuk menyerap relokasi pabrik.

Sementara itu, Helmy menyatakan terkejut dengan hasilnya dan mempertanyakan bagaimana hal itu bisa terjadi. Dia menyarankan bahwa kemenangan itu mungkin menunjukkan sentimen konservatif yang berkembang dan kecenderungan terhadap kebijakan yang tampak ke dalam di Amerika. Dia juga membandingkan pendekatan kebijakan luar negeri Trump dengan pendekatan Kamala Harris di mana pendekatan Trump lebih sepihak dan kurang terfokus pada multilateralisme. Hal itu juga menyentuh dampak potensial kebijakan Trump terhadap ekonomi dan imigrasi.

Helmy juga menyinggung kebijakan Trump dan dampaknya bagi Asia serta implikasi ekonominya. Hal ini diperkuat Hendrawan di mana ia menjelaskan implikasi ekonomi kepresidenan Trump dengan menekankan potensi peningkatan manajemen sisi pasokan dan potensi pengurangan pajak perusahaan. Dia juga menyebutkan potensi kenaikan suku bunga dan potensi dolar yang lebih kuat. 

Terakhir, pertemuan itu menyentuh konsekuensi potensial dari kebijakan Trump tentang negosiasi perubahan iklim, ekonomi global, dan ekonomi Indonesia, serta tantangan potensial bagi minoritas di bawah pemerintahan Trump.