Bagaimana Cina Keluar dari Jerat Kemiskinan

Bincang akhir pekan Megawati Institute kembali hadir via Zoom dan fokus mendiskusikan buku How China Escaped the Poverty Trap bersama Faishal Rahman (peneliti Sigmaphi), Novi Basuki (pemimpin redaksi Aseng.id), Dr. Vivi Alatas (ekonom), dan Dr. Arif Budimanta (direktur eksekutif Megawati Institute) pada Minggu, 23 Januari 2022.

Buku How China Escaped the Poverty Trap sendiri merupakan karya yang ditulis Yuen Yuen Ang pada 2016. Ia merupakan rujukan penting kalau kita ingin tahu apa yang dilakukan Cina sampai mampu menjadi raksasa ekonomi dunia sekarang. Ada banyak tesis dan kiat-kiat adaptasi yang dilakukan Cina dalam merespons perkembangan ekonomi dunia. Paling tidak, mereka mau meninggalkan doktrin-doktrin yang sudah ketinggalan zaman.

Faishal memulai presentasinya dengan sebuah pertanyaan mendasar: Apakah pemerintahan yang efektif akan mendorong pertumbuhan atau sebaliknya, pertumbuhan yang akan mendorong pemerintahan menjadi efektif? Beberapa studi menyebutkan bahwa ekonomi dan birokrasi saling berinteraksi dan berubah bersama-sama. Jika ekonomi miskin, maka akan susah meningkatkan kualitas pemerintahan.

Menurutnya, penulis menyebutkan bahwa kurang tepat jika harus menumbuhkan ekonomi dan kemudian memperbaiki lingkungan bisnis ataupun sebaliknya. Semua harus dilakukan bersamaan, baik secara materi ataupun spirit pembangunan.

Faishal menyampaikan beberapa poin pokok. Pertama, institusi yang bagus secara konvensional adalah institusi yang mampu mendukung aktivitas pasar. Kedua, membangun institusi berdasarkan orientasi pasar merupakan langkah yang salah. Ketiga, institusi tidak selalu mampu berjalan dengan efektif. Jika institusi sebelumnya berhasil mengontrol pasar, kenaikan kekayaan yang tercipta akan mengubah preferensi dan sumber daya yang ada.

Melanjutkan beberapa tesis yang disampaikan Faishal, Novi menyampaikan beberapa wacana tentang apa yang dilakukan Cina sampai menjadi negara kaya, antara lain, ekonomi dulu, sistem (good governance) kemudian, sistem dulu, ekonomi kemudian, atau takdir sejarah.

“Nah, dari situ kemudian Profesor Yuen Yuen Ang ini mengajukan suatu teori yang dia sebut sebagai coevolutionary process [proses perubahan yang dilakukan secara bersama]. Sebenarnya bukan sistem dulu yang perlu dibangun atau ekonomi dulu yang perlu dibangun. Ia mengajukan bahwa suatu negara punya apa … ya sudah mulai dari itu,” katanya.

Sementara itu, Vivi dan Arif menjelaskan konteks penulisan buku tersebut dan bagaimana ia menjadi semacam rujukan penting dalam membaca perkembangan ekonomi dunia.

Dida Darul Ulum-MI