Diskusi Serial Alumni Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa (SPPB) kembali berlangsung via Zoom dengan menghadirkan Maeda Yoppy Nababan, Alumnus SPPB, selaku narasumber dan Anas Bukhori, Alumnus SPPB, selaku moderator. Diskusi yang berlangsung pada Rabu, 25 Juni 2025, bertema “Politik versus Negara: Belajar dari Mauirizio Viroli” yang membahas isu-isu seputar politik dan negara dalam sudut pandang filsafat.
Mauirizio Viroli merupakan seorang sarjana berkebangsaan Italia dan dosen di Universitas Princeton. Berdasarkan penuturan Maeda, ia studi filsafat di Universitas Bologna; University Institute of Firenze (Ph.D), menyandang Profesor Komunikasi Politik di Universitas Italian Switzerland; Profesor Emeritus di Universitas Princeton dan Profesor Ilmu Pemerintahan di Universitas Texas.
Ia menjabat beberapa kali dalam pemerintahan Republik Italia, antara lain, menjadi penasihat kegiatan program budaya bagi Republik Italia di masa pemerintahan Carlo Azeglio Ciampi (1999-2006), bekerja untuk Presiden Camera dei Deputati (Dewan Perwakilan Rakyat Italia) dalam Pemerintahan Presiden Luciano Violante(1996-2001) dan menjadi Koordinator Komite Nasional bagi Perbaikan Budaya Republikan-Kementerian Dalam Negeri Italia.
Viroli lebih terkenal sebagai pemikir kajian teori politik, sejarah pemikiran politik, republik klasik, dan ahli pemikiran Machiavelli. Beberapa karya bukunya: From Politics to Reason of State (1992), Republicanism (2002), Jean Jacques and the Well Ordered Society (1998), Machiavelli (1999), The Idea of Republic (2003), Machiavelli’s God (2010), For Love a Country (1995), Machiavelli and Republicanism (1991).
Dalam pembahasannya, politik dan negara seperti dua sisi mata uang. Politik itu mulia yang bertujuan pada pemenuhan kebaikan bersama dan negara adalah instrumennya. Politik harus dicapai berdasarkan keadilan dan nalar. Namun, dalam bernegara, politik terkesan jauh dari nilai-nilai kebajikan. Apa yang melatarbakanginya? Mengapa ada kemerosotan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang menjadi bahasan dalam paparan Maeda. Yang jelas, premis dua hal tersebut berbeda. Politik berangkat dari nilai-nilai etika seperti kebajikan, persamaan, dan keadilan sementara negara berangkat dari reason of state yang menekankan perlindungan untuk kepentingan pribadi (status/kekuasaan/dominasi/wilayah). Meluasnya gagasan reason of state, menurutnya, kian memberikan legitimasi pada individu (penguasa kota) mengejar kepentingan individu/kelompok di atas kepentingan publik. Hal ini menciptakan kondisi korupsi atau kerusakan, bukan kebaikan bersama.